Sere Bissu Memukau Pagelaran Revitalisasi Seni Tradisional

Tari bernuansa kolosal mistis “Sere Bissu” berhasil  menghentak dan memukau pengunjung yang menyaksikan “Pagelaran Revitalisasi Seni Tradisional” yang memadati Baruga Anging Mamiri Rumah Jabatan Walikota Makassar, Senin larut malam. (Foto : Dok Panitia Pagelaran). Tari bernuansa kolosal mistis “Sere Bissu” berhasil menghentak dan memukau pengunjung yang menyaksikan “Pagelaran Revitalisasi Seni Tradisional” yang memadati Baruga Anging Mamiri Rumah Jabatan Walikota Makassar, Senin larut malam. (Foto : Dok Panitia Pagelaran).
 
Penulis : Ahmad Imron   /  Editor : Mitha MK

Makassar (Phinisinews.com) – Tari bernuansa kolosal mistis “Sere Bissu” berhasil  menghentak dan memukau pengunjung yang menyaksikan “Pagelaran Revitalisasi Seni Tradisional” yang memadati Baruga Anging Mamiri Rumah Jabatan Walikota Makassar, Senin larut malam.

Panggung sederhana tanpa dekorasi, namun penataan cahaya yang apik serta iringan musik gendang tradisional yang terkadang berbunyi bertalu-talu, terkadang berbunyi halus, lalu sepi serta tiba tiba menghentak keras, seiring permainan cahaya yang apik, membuat tari tradisional itu sangat berkarisma dengan nuansa kolosal mistis.

Lima orang  Bissu “Transgender”  dari Kabupaten Bone (120 kilometer dari Makassar) yang di daerah Bugis Sulawesi Selatan disebut “TransPuang” menggunakan pakaian khas Sulsel berbahan sutera polos dengan warna hijau, merah, biru, hitam dan bawahan sarung sutera serta menggunakan aksesoris yang ramai, mereka tidak berusia muda, namun gerak tarinya penuh karisma disertai wirama, wiraga dan wirasa yang sangat padu dengan hentakkan gendang.

Pada puncak tari tersebut, kelima orang Bissu (penari) tersebut menghunus keris, lalu mempertontonkan kesaktian ilmu kebalnya dengan menusuk kuat beberapa bagian tubuh seperti leher, pelupuk mata, uluhati dan lainnya. Hasilnya kulit Bissu tidak tergores dan tidak ada yang terluka.

Gerakan tari tersebut dilakukan dengan iringan gendang bunyi halus hingga bunyi bertalu-talu dengan permainan cahaya lampu yang apik sehingga ratusan pengunjung yang memadati Baruga Anging Mamiri jantungnya terhentak-hentak, terpukau dan duduk terkesima tanpa mata berkedip. Dan selama tari Sere Bissu berlangsung, asap tipis terus menyelimuti ruangan, sehingga nuansa kolosol mistis terbentuk.

Kata Bissu berasal dari Bahasa Bugis di Sulsel “Bessi” yang artinya “bersih atau suci”. Keberadaan Bissu di Sulsel sebagai benang merah kesinambungan tradisi lisan Bugis kuno sebagai salah satu kekayaan keberagaman budaya nusantara. Gender Bissu adalah pencampuran  karakter maskulin dan feminim.

Selain tari Sere Bissu, beberapa tarian yang ditampilkan setelah 60 tahun menghilang dan berhasil direvitalisasi. Revitalisasi seni tradisional adalah upaya perlindungan warisan budaya bangsa. Sedangkan Revitalisasi menurut Wikipedia adalah suatu proses atau cara dan perbuatan untuk menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya terberdaya sehingga revitalisasi menjadikan sesuatu untuk menjadi vital.

Pagelaran Revitalisasi Seni Tradisional Budaya Nusantara tahun 2023 yang merupakan revitalisasi seni tradisional kearifan lokal, dilakukan seluruhnya oleh seniman kampung sebagai ujung tombak kelestarian kesenian  rakyat tradisional budaya nusantara untuk kesinambungan tradisi masa lampau sebagai kekayaan budaya nusantara yang harus dilestarikan.

Pagelaran dibuka Orkes Turiolo, atraksi Padendang (Kabupaten Wajo), tari Pepe-Pepeka ri Makka (Makassar),  atraksi Ganrangbulo Pa’buntingan (Makassar), tari Pammasari (Sanrobone Kabuoaten Takalar) dan lainnya.

Menurut Budayawan Dr Andi Halilintar Latief yang juga Ketua Panitia Pageran mengatakan, pihaknya sudah 50 tahun yakni sejak tahun 1973 hingga sekarang (2023), memimpin revitalisasi seni tradisional bersama teman teman seniman, budayawan dan seniman kampung lainnya melakukan revitalisasi untuk menjaga pelestraian seni tradisional budaya nusantara di Sulsel. Dan tiap tahun melakukan pagelaran terhadap hasil revitalisasinya.

Wartawan senior yang juga Founder (pendiri) Yayasan Pers Multimedia Phinisi Kuensyam (YPMPK), Fred Kuen Daeng Narang, M.Si yang selama ini banyak membaur dengan seniman dan budayawan saat dicegat wartawan usai pagelaran menyatakan mengapresiasi tinggi terhadap  seniman, budayawan dan seniman kampung yang melakukan revitalisasi dan melestarikan seni budaya tradisional tanpa pamrih hanya karena kecintaan terhadap budaya dan kearifan lokal yang cenderung tanpa sentuhan dana dari pemerintah (APBN, APBD).

Menurut Fred yang juga Ketua Forum Pimred Sulsel mengakui revitalisasi dan pelestarian seni tradisional budaya nusantara, sangat minim perhatian pemerintah, baik alokasi dana maupun perhatian secara fisik. Saat Pegelaran di Baruga Anging Mamiri tidak dihadiri pejabat pemerintah provinsi maupun Kota Makassar, semua hanya mewakilkan kepada staf.

Menyinggung keluhan seniman tari bahwa hasil revitalisasi maupun pelestarian seni tradisional, kalah bersaing dengan seni modern, sehingga seni tradisional terpinggirkan dan sulit dilestarikan, karena generasi milenial cenderung lebih menyukai seni modern atau budaya asing sehingga secara perlahan seni tradisional akan tergerus, menurut Fred tidak semua ketakutan itu benar.

Banyak seni tradisional kita kaya makna dan memperlihatkan tingginya budaya masa lalu, sehingga dunia termasuk UNESCO memberi perhatian serius untuk pelestariannya.

Pagelaran malam ini, menurut dia, salah satu jenis tariannya, yakni  tari Sere Bissu memiliki keunikan yang sangat menarik. Bila ini dipromosikan secara benar dan ada sponsor, penyandang dana, maka jenis tarian ini dapat melakukan tour international dan pasti diminati pencinta budaya dan pelestari budaya dunia, sebab jenis tari ini unik, kolosal mistik dan memiliki karisma yang tinggi.

“Saya tidak ragu tari Sere Bissu  terhadap persaingan dalam konteks pagelaran seni budaya tradisional untuk pangsa pasar nasional dan dunia. Yang saya ragu justru kelanjutan pelestarian Bissu sebagai tokoh pelaku budaya dan pelestari seni tradisional ini, mengingat para Bissu pelaku budaya ini tidak muda lagi, dan generasi milenial peminatnya tidak banyak,” ucapnya. (AI/MMK).

Read 886 times
Rate this item
(1 Vote)
Published in Hiburan Dan Pariwisata
Login to post comments

Galleries

 
  Penulis : Fred Daeng Narang  /  Editor : Mitha MK Bekasi, Jawa Barat (Phinisinews.com) – Master Asesor BNSP,...
  Penulis : Mitha MK / Editor : Fyan AK     Pulau Kodingareng, Makassar (Phinisinews.com) - Rektor Universitas...
  Penulis : Fred Daeng Narang  /  Editor : Mitha K Makassar (Phinisinews.com) – Sebanyak 120 kantong darah...
  Penulis : Redaksi  /  Editor : Fred Daeng Narang Bulukumba, Sulsel (Phinisinews.com) – Masyarakat adat...

Get connected with Us