Monday, 19 September 2022 16:39
 

Penulis : Ahmad Imron  /  Editor :  Mitha MK

Makassar (Phinisinewscom) – Lembaga Pelatihan Jurnalistik dan Kehumasan, Phinisi Pers Multimedia Training Center (P2MTC) menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) bagi calon wartawan utama di Makassar, Sulawesi Selatan.

Bimtek  dilaksanakan di Kampus P2MTC, di Jalan Metro Tanjung Bunga, Ruko Mall GTC Blok GA.9 No.7 Makassar diikuti para Pimpinan Redaksi media mainstream (arus utama) dan online, di Makassar, Senin, menyikapi rencana Yayasan Pers Multimedia Phinisi Kuensyam (YPMPK) yang akan menggelar Sertifikasi Kompetensi Wartawan pekan ini di Makassar.

Direktur Eksekutif P2MTC, Fredrich Kuen, M.Si mengatakan, penting Bimtek bagi calon peserta Uji Kompetensi (Ukom), karena tujuan Bimtek itu sendiri untuk menyegarkan kembali ingatan calon terhadap semua segmen yang selama ini dikerjakan. Artinya bila selama ini merasa diri kompeten sebagai wartawan senior, maka saatnya mensertifikatkan kompetensi tersebut.

Materi Bimtek selama enam jam terdiri dari mengurai kerja cerdas(control sosial, control media, agenda setting, framing dan pembentukan opini), lalu mengurai tulisan tajam (indepht report, investigasi report, feature, tajuk dan opini).

Materi lain yakni sikap dan profesionalitas, mengurai fire wall (tembok api Redaksi dan bisnis media), mengurai jobs description Pimpinan Redaksi serta mekanisme penyelesaian delik pers serta pembinaan internal.

Modul Bimtek tersebut, lanjutnya, adalah pekerjaan sehari hari Pimred, Wakil Pimpinan Redaksi atau Redaktur senior saat memimpin rapat redaksi secara off line maupun online.

Menurut Fredrich, P2MTC selalu siap untuk melakukan Bimtek dan Pelatihan jurnalistik serta kehumasan untuk pihak manapun dan untuk level apapun, dimanapun itu berada, baik bagi calon wartawan, Wartawan Muda, Redaktur, Pimred dan teman teman Humas atau calon humas.

Selain pelatihan dan Bimtek di Kampus P2MTC, pihaknya, lanjutnya, juga melayani permintaan pelatihan dan Bimtek di provinsi dan kabupaten lain di luar Sulsel. Jadi P2MTC bersifat mobile untuk mensupport (mendukung) transfer knowledge ketrampilan jurnalistik dan kehumasan, ujarnya. (AI/MMK).

Friday, 09 September 2022 18:51
 

Penulis : A Febrico  /  Editor : Hadi S

Makassar (Phinisinews.com) - Pelatihan jurnalistik dan kehumasan yang dilakukan P2MTC (Phinisi Pers Multimedia Training Center) selama tiga tahun terakhir, terbukti banyak peminatnya.

Hal itu terlihat, setiap akhir pekan pasti ada pelatihan di Kampus P2MTC di jalan Metro Tanjung Bunga di salah satu Ruko Mall GTC Makassar.

Ketika dikonfirmasi usai pelatihan “Cara cepat menjadi wartawan profesional”, Direktur Eksekutif P2MTC, Fredrich Kuen, MSi, di Makassar, Jumat, membenarkan hal tersebut, tanpa menguraikan angka.

Peserta pelatihan terdiri dari banyak kalangan yakni wartawan pemula hingga Pimpinan Redaksi, Humas (public relation), mahasiswa,  citizen atau warga masyarakat umum yang meminati ilmu dan ketrampilan jurnalistik dan kehumasan.

Daya tarik pelatihan ini, terutama perbandingan model pengajaran yakni 30 persen teori dan 70 persen praktek dengan durasi pelatihan selama 16 jam dan dilakukan dalam dua cara yakni skala kecil (private) untuk 6-10 orang dan skala besar untuk 40-50 orang.

Berdasarkan hal itu, maka banyak institusi pemerintah dan swasta mengirim humasnya untuk melakukan pelatihan profesional di P2MTC. Selain itu, banyak kelompok wartawan juga melakukan pelatihan di tempat itu, serta beberapa media pers online baru, mengirim kru nya secara lengkap yakni wartawan, fotografer, Video Jurnalis, Redaktur hingga Pimred untuk melakukan pelatihan dengan paket khusus sesuai keinginan pemilik media.

Fredrich mengakui, P2MTC selain melakukan pelatihan sesuai modul yang telah ada, juga melayani permintaan pelatihan khusus untuk jurnalistik dan kehumasan sesuai kebutuhan perusahaan atau institus pemesan (mitra).

Untuk pola pelatihan, penyelenggara bisa oleh P2MTC dan dapat pula oleh pihak lain (institusi pemerintah/swasta). P2MTC menyediakan trainer (pelatih) nya. Sedangkan tempat pelatihan dapat dilakukan di Kampus P2MTC atau ditempat pemesan pelatihan,

Artinya, P2MTC sangat fleksibel dalam menyelenggarakan pelatihan, sebab melayani permintaan pelatihan dimanapun itu, baik di kabupaten di Sulsel maupun di seluruh penjuru tanah air di luar Sulsel serta negosiabel, ujarnya.

Salah seorang peserta pelatihan jurnalistik “Cara cepat menjadi wartawan professional” (journalism private training), Andi Febrico Daeng Gaza saat berbicara tentang kesannya mengatakan, terdapat perbedaan signifikan pelatihan jurnalistik di P2MTC dibandingkan bila mengikuti pelatihan di tempat lain maupun di organisasi pers.

Di  P2MTC pelatihan sangat efektif dengan durasi waktu yang ketat, mudah dipahami serta disajikan secara menarik sehingga secara cepat dalam pelatihan ini, kami mampu mempraktekkan cara penulisan berita yang benar dengan pola inverted pyramid (piramida terbalik), mampu mempraktekkan teknis foto news (foto berita) berbasis fotografi dengan pembuatan caption (keterangan gambar) yang menarik serta mampu melakukan pengambilan gambar video dengan sudut pandang yang tepat berbasis fotografi dan tidak goyang.

“Saya mensyukuri, hanya dalam waktu 16 jam, empat ketrampilan pokok sebagai wartawan milenial yang profesional dapat kami miliki yakni cara wawancara yang santun, Teknik menulis berita yang menarik berdasarkan fakta, Teknik pengambilan foto news berbasis fotografi serta gambar video berbasis videografi,” ujarnya.

Karena ini ketrampilan, lanjutnya, saya yakin dalam praktek kerja keseharian kami akan tampil beda dibanding sesama wartawan pemula.

Selain itu, pemahaman tentang kode etik jurnalistik diajarkan dengan penerapan disiplin yang tinggi, begitupun pemahaman terhadap Undang Undang No.40 tahun 1999 tentang Pers.

Intinya, saya mensyukuri mendapat tempat pelatihan dan instruktur terbaik di P2MTC, ucapnya. (AF/HS).

Catatan : Berita ini hasil praktek interview dan penulisan berita peserta pelatihan Journalism Private Training, Andi Febrico.

Friday, 09 September 2022 18:42
 

Penulis : A Febrico  /  Editor : Hadi S

Makassar (Phinisinews.com) - Pelatihan jurnalistik dan kehumasan yang dilakukan P2MTC (Phinisi Pers Multimedia Training Center) selama tiga tahun terakhir, terbukti banyak peminatnya.

Hal itu terlihat, setiap akhir pekan pasti ada pelatihan di Kampus P2MTC di jalan Metro Tanjung Bunga di salah satu Ruko Mall GTC Makassar.

Ketika dikonfirmasi usai pelatihan “Cara cepat menjadi wartawan profesional”, Direktur Eksekutif P2MTC, Fredrich Kuen, MSi, di Makassar, Jumat, membenarkan hal tersebut, tanpa menguraikan angka.

Peserta pelatihan terdiri dari banyak kalangan yakni wartawan pemula hingga Pimpinan Redaksi, Humas (public relation), mahasiswa,  citizen atau warga masyarakat umum yang meminati ilmu dan ketrampilan jurnalistik dan kehumasan.

Daya tarik pelatihan ini, terutama perbandingan model pengajaran yakni 30 persen teori dan 70 persen praktek dengan durasi pelatihan selama 16 jam dan dilakukan dalam dua cara yakni skala kecil (private) untuk 6-10 orang dan skala besar untuk 40-50 orang.

Berdasarkan hal itu, maka banyak institusi pemerintah dan swasta mengirim humasnya untuk melakukan pelatihan profesional di P2MTC. Selain itu, banyak kelompok wartawan juga melakukan pelatihan di tempat itu, serta beberapa media pers online baru, mengirim kru nya secara lengkap yakni wartawan, fotografer, Video Jurnalis, Redaktur hingga Pimred untuk melakukan pelatihan dengan paket khusus sesuai keinginan pemilik media.

Fredrich mengakui, P2MTC selain melakukan pelatihan sesuai modul yang telah ada, juga melayani permintaan pelatihan khusus untuk jurnalistik dan kehumasan sesuai kebutuhan perusahaan atau institus pemesan (mitra).

Untuk pola pelatihan, penyelenggara bisa oleh P2MTC dan dapat pula oleh pihak lain (institusi pemerintah/swasta). P2MTC menyediakan trainer (pelatih) nya. Sedangkan tempat pelatihan dapat dilakukan di Kampus P2MTC atau ditempat pemesan pelatihan,

Artinya, P2MTC sangat fleksibel dalam menyelenggarakan pelatihan, sebab melayani permintaan pelatihan dimanapun itu, baik di kabupaten di Sulsel maupun di seluruh penjuru tanah air di luar Sulsel serta negosiabel, ujarnya.

Salah seorang peserta pelatihan jurnalistik “Cara cepat menjadi wartawan professional” (journalism private training), Andi Febrico Daeng Gaza saat berbicara tentang kesannya mengatakan, terdapat perbedaan signifikan pelatihan jurnalistik di P2MTC dibandingkan bila mengikuti pelatihan di tempat lain maupun di organisasi pers.

Di  P2MTC pelatihan sangat efektif dengan durasi waktu yang ketat, mudah dipahami serta disajikan secara menarik sehingga secara cepat dalam pelatihan ini, kami mampu mempraktekkan cara penulisan berita yang benar dengan pola inverted pyramid (piramida terbalik), mampu mempraktekkan teknis foto news (foto berita) berbasis fotografi dengan pembuatan caption (keterangan gambar) yang menarik serta mampu melakukan pengambilan gambar video dengan sudut pandang yang tepat berbasis fotografi dan tidak goyang.

“Saya mensyukuri, hanya dalam waktu 16 jam, empat ketrampilan pokok sebagai wartawan milenial yang profesional dapat kami miliki yakni cara wawancara yang santun, Teknik menulis berita yang menarik berdasarkan fakta, Teknik pengambilan foto news berbasis fotografi serta gambar video berbasis videografi,” ujarnya.

Karena ini ketrampilan, lanjutnya, saya yakin dalam praktek kerja keseharian kami akan tampil beda dibanding sesama wartawan pemula.

Selain itu, pemahaman tentang kode etik jurnalistik diajarkan dengan penerapan disiplin yang tinggi, begitupun pemahaman terhadap Undang Undang No.40 tahun 1999 tentang Pers.

Intinya, saya mensyukuri mendapat tempat pelatihan dan instruktur terbaik di P2MTC, ucapnya. (AF/HS).

Tuesday, 06 September 2022 14:47
 

Penulis : Sulwan Dase  /  Editor : Hadi S

Makassar (Phinisinews.com) - Politeknik Negeri Ujung Pandang ( PNUP) sebagai salah satu Perguruan Tinggi Vokasi (PTV) di Indonesia, secara sistematis berbenah diri untuk menerapkan kebijakan Kampus Merdeka dan Merdeka Belajar (KMMB) yang bermutu di bidang Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM).

Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) PNUP,  di Ruang Multimedia Kampus 1 PNUP di Makassar, Selasa, mengadakan Workshop Penyusunan Proposal Penelitian Desentralisasi dan Penerapan IPTEK Pengembangan Kewilayahan (PIPK).

Para pemateri terdiri dari  Prof Rosmini Maru, SPd, MSi, PhD, dengan topik  Penyusunan Proposal Pengabdian kepada Masyarakat untuk Skema "Penerapan IPTEK Pengembangan Kewilayahan (POPK)", dan Prof Syafruddin Side, SSi, MSi, PhD, dengan topik Penyusunan Proposal Penelitian Desentralisasi.

Wakil Direktur Bidang Akademik dan Kemahasiswaan yang membidangi Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat,  Ahmad Zubair Sultan, ST, MT, PhD, berharap  kegiatan ini dapat menaikkan jumlah peneliti dan pengabdian kepada masyarakat yang di danai oleh pemerintah pusat dan sekaligus dapat meningkatkan mutu proposal dan mutu hasil riset dari para dosen PNUP.

“Kami berharap hasil riset para Dosen PNUP dapat diterapkan dan berdampak pada peningkatkan ekonomi masyarakat,” ujar Ahmad Zubair.

Menurut Panitia, Workshop bertujuan untuk meningkatkan jumlah Penelitian dan PKM yang didanai oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Dikti Ristek.

Selain itu, melalui workshop ini, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas penelitian dan penerapan hasil Penelitian kepada Masyarakat.

Kegiatan Workshop di ikuti sebanyak 75 orang dosen dari 25 Program Studi dan berlangsung selama satu hari. (SD/HS).

Thursday, 18 August 2022 13:20
 

Penulis : Sulwan Dase  /  Editor : Fred K

Makassar (Phinisinews.com) - Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pendidikan dan Latihan (Diklat) Politeknik Negeri Ujungpandang, Zaini, S.ST, MT, mengatakan, Politeknik Negeri Ujungpandang telah melaksanakan kerjasama dengan Kementerian Kominfo (Kemenkominfo)  untuk kegiatan Pelatihan “Digital Talent Scholarship – DTS” (beasiswa bagi yang berbakat digital).

Bea siswa diberikan  Kemenkominfo RI kepada alumni SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) dan Mahasiswa Politeknik  atau Alumni Politeknik Negeri Ujungpandang, kemudian dilatih untuk berbagai ketrampilan oleh Diklat Politeknik Negeri Ujungpandang, kata Zaini, di Makassar, Kamis.

Kegiatan pertama dilaksanakan pada tahun 2019 dengan skema Junior Network Administrator (JNA), Junior Mobile Programmer (JMP), Junior Web Developer (JWD), Intermediate Animator (IA) dan Junior Graffich Designer (JGD).

Peserta yang telah mengikuti pelatihan selanjutnya oleh Kementerian Kominfo diikutkan dalam Ujian  Sertifikat Kompetensi menurut skema yang diikuti oleh peserta.

Pada tahun 2020, lanjutnya,  skema Pelatihan DTS sama dengan skema tahun 2019, sedangkan tahun 2021, terdapat skema pelatihan baru yaitu Drive Test dan Radio Frequency Engineering (RFE) untuk mengukur Key Performance Indicator Jaringan Seluler.

Jumlah peserta  yang mengikuti pelatihan sebanyak 150 orang dari siswa-siswi SMK se Provinsi Sulawesi Selatan.

Tahun 2022, jumlah peserta sebanyak 203 orang yang terdiri dari alumni Politeknik dari berbagai provinsi dan sebagian mahasiswa Politeknik tingkat.

Zaini berharap, para peserta tahun 2022 ini dapat lulus saat mengikuti Ujian Sertifikasi Kompetensi yang dilaksanakan oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). (SD/FK).

Saturday, 13 August 2022 11:25
 

Penulis : Sulwan Dase  /  Editor : Fred K

Makassar (Phinisinews.com) – Direktur Eksekutif Phinisi Pers Multimedia Training Center (P2MTC), Fredrich Kuen, MSi mengatakan, kompeten dan profesional sudah menjadi keharusan kerja wartawan untuk menghasilkan produk jurnalistik berkualitas dan terpercaya.

Untuk itu, wartawan harus kompeten yang dibuktikan dengan unjuk kerja (berita tersiar) serta  sertifikat kompetensinya. Sehingga pengakuan kompeten bagi wartawan harus ditindak lanjuti dengan “Sertifikatkan Kompetensimu”.

Hal itu dikemukakan Fredrich saat menjadi Pemantik pada diskusi lintas organisasi pers dan lintas generasi pers bertajuk “Standard Kompetensi Wartawan” yang dimediasi Pusdiklat DPP JOIN (Jurnalis Online Indonesia) di Kafe Baca, Makassar, Sabtu, diikuti puluhan jurnalis general dan jurnalis Dosen.

“Kompeten dan profesional sudah menjadi tuntutan jaman bila ingin karya jurmalstik itu terpercaya dan dibutuhkan publik serta industri media,” ujar Fredrich seorang Trainer Pers dan Kehumasan yang juga pemegang dua sertifikat Penguji Pers dari dua lembaga penguji berbeda, Dewan Pers dan BNSP.

Selain itu, katanya, idealnya sertifikasi kompetensi untuk semua jenjang harus diiringi pemberian reward (Penghargaan) yakni dari media tempatnya bekerja dalam bentuk mempersyaratkan jenjang kompetensi tertentu untuk jabatan tertentu dan negara juga harus ada untuk wartawan melalui pemberian tunjangan sertifikasi jurnalis (Serjur) seperti yang diterima Dosen (Pengajar di Perguruan Tinggi) dalam bentuk Serdos (Sertifikasi Dosen).

Sebab, wartawan adalah kerja intelektual yang mengajar di ruang publik dengan jumlah audiens tidak terbatas melalui produk jurnalistiknya, sehingga sebenarnya mereka adalah Universitas Universal, sedangkan dosen mengajar di ruangan kelas dalam jumlah terbatas tetapi negara ada untuk dosen dan hingga saat ini negara belum ada untuk wartawan secara general.

Jadi kalau ada penilaian bahwa serjur akan mematikan idealisme dan sikap kritis wartawan, maka itu adalah pendapat emosional perorangan, sebab keja jurnalistik bukan hanya mengkritisi tetapi sesuai dengan fungsi pers pada pasal 3 UU No.40 Tahun 1999 tentang pers yakni Pers Nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, kontrol sosial dan sebagai lembaga ekonomi.

Kontrol sosial hanya salah satu item, padahal wartawan cerdas, selalu melakukan kontrol secara konstruktif, ada solusi dari kontrol tersebut. Malah ada media melakukan kontrol tanpa institusi atau narasumber tersakiti. Ini semua tinggal bagaimana cara wartawan melakukan kontrol tersebut secara beretika, ujar Fredrich yang juga Ketua DPP JMBI (Jurnalis Milenial Bersatu Indonesia).

Negara sangat memahami terhadap dosen, sebab untuk dosen Perguruan Tinggi Negeri (PTS) gajinya terjamin, tetapi banyak Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di daerah memiliki dosen tetapi sulit membayar gajinya. Negara paham itu dan memberikan tunjangan Serdas.

Saatnya pemahaman yang sama juga diberikan kepada wartawan melalui Tunjangan Serjur, sebab kasusnya sama. Media besar arus utama (Main Stream) biasanya mampu membayar gaji wartawannya secara layak, sedangkan media di daerah sulit menggaji wartawannya. Namun mereka tetap setia pada profesinya, sehingga menjadi sesuatu yang adil bila negara ada untuk wartawan dalam bentuk tunjangan Serjur.

Artinya, wajib kompetensi bagi wartawan sesuai kesepakatan beberapa organisasi pers yang difasilitasi dan menjadi Peraturan Dewan Pers akan terpenuhi, namun kompetensi itu harus memiliki reward, mengingat biayanya tidak murah untuk memperoleh sertifikat tersebut.

Saat peserta mengungkap beberapa kasus di Sulsel bahwa ada pemegang kartu kompeten Utama tetapi mereka bukan wartawan, Petugas SPBU memegang kartu Kompeten, dan keadaan lainnya, menurut dia Lembaga Uji Kompetensi yang ada tidak salah, sebab mereka hanya mengeluarkan sertifikat. Kemungkinan yang salah adalah penyelenggara Uji Kompetensi atau Pengujinya.

Bisa saja penguji tidak ketat menerapkan standar uji atau penyelenggara uji tidak ketat sejak pemenuhan ketentuan persyaratan hingga portofolio, lalu menyatakan lulus saat uji.

Untuk itu, Lembaga Uji (Dewan Pers dan BNSP) harus tegas memberi sanksi kepada penguji hingga mencabut izin ujinya bila lalai, memfakumkan hingga mencabut izin penyelenggara uji jika tidak becus menyelanggarakan uji kompetensi. Namun hingga saat ini, belum terdengar ada sanksi tegas tersebut. Untuk itu, Saatnya Lembaga Uji buka mata dan telinga untuk menyerap dan menginvestigasi bila terjadi kasus yang dapat merusak citra serta menjatuhkan sanksi tegas.

Ketika peserta diskusi menyorot Lembaga Uji, Fredrich yang juga mantan GM Perum LKBN ANTARA tidak menampik, fakta lapangan saat ini ada dua Lembaga uji kompetensi wartawan di Indonesia yakni Dewan Pers dan BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi). Dewan Pers melalui penyelenggara Uji yakni Organisasi Pers, Perusahaan Media, Perguruan Tinggi dan lainnya. BNSP melalui Lembaga penyelenggara uji, LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi) serta TUK (tempat uji Kompetensi).

Menurut dia, materi uji dari dua Lembaga uji itu sama, sebab semua bahan uji dari para wartawan senior dalam bentuk tim, Pengujinya juga sama oleh wartawan senior dengan standar yang ditetapkan, sedangkan pola uji berbeda, Dewan Pers dengan cara kelompok dan BNSP dengan cara personality. Sedangkan pasarnya, DP adalah semua wartawan yang bernaung di organisasi pers  konstituennya dan BNSP adalah wartawan yang bukan konstituen DP maupun konstituen DP yang mau.

Menyinggung keraguan mengikuti uji kompetensi, menurut dia, jika anda wartawan benar yang rutin mengerjakan pekerjaan jurnalistik, makai tidak perlu ragu, bila anda reporter maka uji kompetensi untuk sertifikasi wartawan muda, anda redaktur silahkan uji untuk wartawan madya dan pimred silahkan wartawan Utama, sebab bahan uji dan unjuk kerja seperti apa yang anda lakukan setiap hari.

Kalau tetap ragu maju uji kompetensi, silahkan gunakan Lembaga pelatihan pers yang membuka layanan Bimbingan Teknis menuju Uji/Sertifikasi kompetensi wartawan seperti Lembaga Pelatihan Pers P2MTC, ujarnya. (SD/FK).

Sunday, 31 July 2022 15:20
 

Penulis : Fred K  /  Editor : Mitha K.

Makassar (Phinisinews.com) - Rumah bersejarah Istana Jongayya di Makassar, kembali mengulang sejarah sebagai tempat dimulainya kebangkitan Gotong royong gerakan kebudayaan dari Sulawesi "Sipakatau", Minggu malam, selama 114 hari.

Dahulu rumah bersejarah yang dibangun tahun 1831 oleh leluhur Raja Bone ke-32 Sultan Ibrahim Andi Mappayukki di jalan Kumala no.160 itu adalah istana tempat berkumpul pejuang revolusi, raja raja pejuang dan para ulama besar yang kini sudah tercatat sebagai pahlawan nasional.

Di tempat itu, sejarah mencatat pahlawan nasional  Wolter Monginsidi pernah dilindungi dari kejaran tentara Belanda saat masa penjajahan dan tentara pengejar tidak berani masuk ke istana karena wibawa yang besar dari istana dan penghuninya.

Tercatat juga Bung Karno, Bung Hatta, Jenderal Nasution dan para raja raja pejuang serta pejuang revolusi lainnya berkumpul di istana tersebut untuk menyusun dan melaksanakan perjuangan revolusi hingga Indonesia merdeka.

Catatan sejarah terhadap istana tua itu kembali terulang dalam bentuk lain yakni dimulainya kebangkitan kebudayaan "Sipakatau" yang dimulai dari Istana Jongayya yang ditandai orasi budaya cucu dari Andi Mappayukki, Mayjen TNI Andi Muhammad Bau Sawa Mappayukki yang juga cicit dari Raja Gowa, sebab Andi Mappayukki adalah salah seorang putra mahkota Raja Gowa ke-34.

"Ini adalah kegiatan monumental, kegiatan pelestarian budaya dengan membangun monumen ingatan dan bukan membangun monumen fisik," ucap Mayjen Andi Muhammad.

Ketua panitia "Sipakatau" Dr Halilintar Latief melaporkan, banyak pihak terlibat untuk gerakan kebudayaan selama 3,5 bulan, baik lembaga adat, komunitas, organisasi massa, lsm, kelompok pers, kelompok masyarakat, raja raja adat, tokoh masyarakat, budayawan, seniman, individu dan lainnya.

Semua kegiatan dibiayai sendiri oleh penyelenggara lokal, seperti pembukaan malam ini, tuan rumah yang juga cucu Raja Bone sekaligus membiayai pagelaran spektakuler di rumah bersejarah Istana Jongayya dengan acara inti orasi budaya, doa bersama enam agama, mattompang (pencucian benda pusaka), puisi heroik bersahutan yang dibacakan seniman dan budayawan senior di daerah ini.

"Yang unik dari pagelaran budaya terlama nasional ini adalah penyelenggaraan dilakukan tanpa menyebar proposal permintaan sumbangan," ujarnya. 

Semua kegiatan dan pendanaannya dilakukan secara gotong royong.  “Sipakatau”   berasal dari Bahasa Bugis dan Makassar yang berarti saling memuliakan manusia.

Hadir dalam acara tersebut hampir semua perwakilan kelompok masyarakat, pemuda  mahasisws, kelompok budaya, seniman, para raja raja adat dan lainnya.

Kegiatan utama selama 114 hari itu antara lain ”Paliliq Bate-bate” (Arakan bendera-bendera pusaka) akan berkeliling ke 23 kabupaten/kota di Sulawesi Selatan serta Parade Bendera Pusaka Hari Sumpah Pemuda di Leang-leang Maros. Pada Peringatan Sumpah Pemuda tersebut akan digelar pula konser “Suara Purba” karya Otto Sidarta, dan deklarasi kebudayaan.

Selain itu, berbagai peristiwa budaya penting dilakukan di beberapa tempat; misalnya,  Bajeng Fair 2022 (1-14/08/2022), Hari Bahari (28/08/2022), Hari Tari Sulawesi I, Pelantikan MAKN Maros, berbagai upacara tradisi dan inovasi, ziarah, Pidato Kebudayaan, Doa Kebangsaan, Kongres Kebudayaan Sulsel III, Pertemuan adat, Pagelaran Bhinneka Tunggal Ika (setiap tanggal 28), Workshop Seni Bela Negara, berbagai Lomba seni (poster, puisi, fotografi, video), Pameran Ekonomi Kreatif di Benteng Somba opu Makassar, dan lainnya, ujarnya. (FK/MK).

Thursday, 28 July 2022 12:02
 

Penulis : Fred K  /  Editor : Mitha K

Makassar (Phinisinews.com) - Panglima Kodam XIV Hasanuddin, Mayjen TNI Andi Muhammad Bau Sawa Mappanyukki, SH, MH, menilai sangat positif kegiatan Gotong Royong Gerakan Kebudayaan dari Sulawesi “Sipakatau”.

Gerakan kebudayaan “Sipakatau” ini merupakan upaya melestarikan kebudayaan, tradisi serta kebijaksanaan lokal yang selama ini dinilai tradisional, sekaligus upaya membangun monumen ingatan, upaya ini sangat positif, kata Pangdam Andi Muhammad yang juga cucu Raja Bone ke-32, Andi Mappanyukki, saat menerima kunjungan Ketua Umum Panitia “Sipakatau”, Dr Halilintar Latief yang didampingi Ketua Devisi Publikasi dan Umum, Fredrich Kuen Daeng Narang, MSi serta Tim Panitia lainnya di Rujab Pangdam, di Makassar, Rabu.

Selaian penilaian sangat positif terhadap Gerakan kebudayaan “Sipakatau”, Andi Muhammad, baik sebagai Pangdam Maupun sebagai cucu Raja Bone, mendukung gerakan kebudayaan ini dan mempersilahkan rumah leluhur yang juga rumah sejarah “Istana Jongayya” yang masih berdiri kokoh sejak dibangun tahun 1834 miliknya untuk digunakan sebagai tempat pembukaan gerakan budaya “Sipakatau”, 31 Juli 2022.

Istana Jongayya di jalan Kumala, Makassar, Sulawesi Selatan ini adalah tempat atau rumah sejarah, karena tempat berkumpul para pejuang, raja raja pejuang, ulama besar lainnya saat revolusi melawan penjajah. Bukti baik gambar, foto dan lainnya ada dalam rumah tersebut. Tercatat Bung Karno, Bung Hatta, Jenderal Nasution, AP Petta Rani, Andi Jemma, Wolter Monginsidi dan lainnya pernah berada di rumah tersebut dan kini semuanya tercatat sebagai pahlawan nasional.

Apresiasi yang baik terhadap gerakan kebudayaan “Sipakatau” tersebut juga diberikan karena banyak dan beragamnya kegiatan budaya yang akan dilakukan serta waktunya selama 114 hari. “Ini sangat lama,” ujarnya.

Namun, Pangdam menjadi sangat paham ketika dijelaskan bahwa semua kegiatan budaya tersebut dilakukan oleh kelompok budaya, komunitas budaya, Lembaga budaya, pelaku budaya serta lainnya secara mandiri di tempat masing masing di berbagai kabupaten di Sulsel serta ada pameran UMKM terutama untuk produk kerajinan dan budaya di Benteng Somba Opu yang melibatkan banyak pihak.

Jadi selain kepanitiaan besar “Sipakatau” juga banyak panitia kecil sesuai kegiatan yang akan dilakukan.

Pangdam memuji pelaksanaan gerakan budaya “Sipakatau” yang dilakukan secara gotong royong dan swadaya, namun dia tetap menyarankan agar panitia melibatkan Pemerintah sebab pemerintah mempunyai anggaran pelestarian budaya yang mungkin saja bisa diberikan.

Pangdam mencontohkan saat pihaknya berkolaborasi dengan Pemda setempat menyelenggarakan Lomba Pacuan Kuda di Kabupaten Jeneponto, Sulsel, yang sangat sukses dari segi penyelenggaraan lomba, peserta serta dampak positif dari kegiatan tersebut bagi para pelaku ekonomi UMKM.

Kuda dari Kalimantan, dari seluruh Sulawesi dan daerah lainnya, datang ke Jeneponto untuk berlaga di pacuan tersebut. Kegiatan itu sengaja dihidupkan setelah sekian lama fakum. Ini kegiatan rakyat yang sejak dahulu menjadi tradisi di wilayah itu, ujarnya.

Pada Pembukaan Gerakan Budaya “Sipakatau” rangkaian acaranya adalah Pidato kebudayaan, sambutan dan kisah tentang Istana Jongayya, doa kebangsaan enam agama, Mattompang Kawali (pencucian keris/benda pusaka) serta parade puisi heroik yang dilakukan secara bersahutan.

Khusus kegiatan Mattompang akan dilakukan oleh Lembaga Badik Celebes yang sudah ada sejak tahun 2000 dan selama ini menjadi laboratorium seni dan budaya celebes, utamanya untuk menjaga dan melestarikan pusaka warisan leluhur.

“Sipakatau”  menurut Halilintar, berasal dari Bahasa Bugis dan Makassar yang berarti saling memuliakan manusia. Gerakan budaya “Sipakatau” ini membopong nilai luhur gotong royong, kesetiakawanan, rela berkorban untuk bangsa dan negara. Ini sebagai suatu strategi penting agar masyarakat umum sadar penuh soal siapa dan apa kita sebagai Indonesia, dan kemana kita akan menuju maju bagi negeri tercinta.

Ruang-ruang sosial yang tercipta dalam gerakan ini sekaligus dapat dijadikan arena strategis pembentukan “karakter bangsa” memperteguh jatidiri sambil merawat keberagaman. Karena itu, “Sipakatau” juga adalah wadah dalam “promosi toleransi” dan mendorong tradisi budaya sebagai pelopor dalam menyongsong masa depan yang lebih baik, ujarnya.

“Sipakatau” akan menciptakan ruang perjumpaan yang memberikan interaksi budaya antara generasi dan berbagai strata sosial yang saling memperkaya, memperkuat, dan mampu melahirkan budaya baru yang inklusif. Peristiwa ini dapat menjadi model mekanisme integrasi nasional Indonesia secara empiris berdasarkan pada suara-suara otentik warga negara Indonesia dari berbagai status sosial melalui seni dan budaya, ujarnya.

Menurut Fredrich, Kegiatan utama selama 114 hari itu antara lain ”Paliliq Bate-bate” (Arakan bendera-bendera pusaka) akan berkeliling ke 23 kabupaten/kota di Sulawesi Selatan serta Parade Bendera Pusaka Hari Sumpah Pemuda di Leang-leang Maros. Pada Peringatan Sumpah Pemuda tersebut akan digelar pula konser “Suara Purba” karya Otto Sidarta, dan deklarasi kebudayaan.

Selain itu, berbagai peristiwa budaya penting dilakukan di beberapa tempat; misalnya,  Bajeng Fair 2022 (1-14/08/2022), Hari Bahari (28/08/2022), Hari Tari Sulawesi I, Pelantikan MAKN Maros, berbagai upacara tradisi dan inovasi, ziarah, Pidato Kebudayaan, Doa Kebangsaan, Kongres Kebudayaan Sulsel III, Pertemuan adat, Pagelaran Bhinneka Tunggalan Ika (setiap tanggal 28), Workshop Seni Bela Negara, berbagai Lomba seni (poster, puisi, fotografi, video), Pameran Ekonomi Kreatif di Benteng Somba opu Makassar, dan lainnya, ujarnya. (FK/MK).

Galleries

 
Penulis : Andin K /  Editor : Miku K Makassar (Phinisinews.com) - Universitas Indonesia Timur (UIT) bekerjasama...
  Penulis : Mitha MK  /  Editor : Fyan AK Makassar (Phinisinews.com) – Ketua Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu...
  Penulis : Rio & Firdaus   /  Editor : Fred K Makassar (Phinisinews.com) – Dialog budaya ke-5 di...
  Penulis :  Ahmad Imron  /  Editor : Mitha MK Makassar (Phinisinews.com) – Direktur P2MTC (Phinisi Pers...

Get connected with Us